Jumat, 13 Agustus 2004
Wujudkan Mimpi Sekolah Gratis
Semua berawal dari sebuah keprihatinan. Gara-gara perguruan tinggi negeri ramai-ramai menaikkan biaya pendidikan, dengan alasan otonomi kampus, lembaga pendidikan di bawahnya ikut-ikutan. Tengok saja, sekolah-sekolah lanjutan, baik di tingkat pertama maupun atas, seolah berlomba mengeruk fulus dari kantong orangtua calon siswa. Celakanya, duit yang dipungut sekolah negeri itu sering kali melebihi pungutan sekolah swasta. Walhasil, anak-anak pintar dari kalangan ekonomi lemah harus terpental dan menganggur. "Kalau orang miskin tidak lagi berpeluang mengubah nasibnya lewat pendidikan, ini berbahaya. Kerawanan sosial bisa timbul karena mereka tak lagi punya harapan," kata Sony Sugema, 39 tahun. Tak hanya omong doang, bos Bimbingan Belajar Sony Sugema College ini langsung turun tangan memberikan alternatif jawaban. Lalu, pada 2002, lahirlah SMU Alfa Centauri di Jalan Diponegoro, Bandung. Bagi siswa yang diterima di sekolah ini, mereka tak usah bayar uang sekolah alias gratis. "Saat ini, jumlah siswanya 80 orang, separuh kelas I dan separuh lagi duduk di kelas II," katanya. Meski tanpa biaya, bukan berarti soal kualitas diabaikan. Calon siswa yang kebanyakan dari kalangan duafa itu mesti menjalani seleksi kemampuan otak. Maklum, Sony ingin kualitas sekolahnya sebanding dengan sekolah-sekolah favorit di Bandung. Keinginan itu mulai menunjukkan tanda-tanda berhasil. Modal otak encer, ditambah gosokan tangan dingin para guru yang biasa mengajar di bimbingan belajar, kemampuan siswa Alfa Centauri mulai terbukti. Sekadar contoh, beberapa waktu lalu, siswa kelas I diminta menjawab soal-soal bahasa Inggris untuk Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Ternyata, hasilnya oke. Malah, ada yang bisa menjawab soal-soal yang ada secara benar sampai 81 persen. "Bayangkan, mereka baru kelas I. Kalau sudah ditambah pelajaran di kelas II dan III, untuk bisa masuk ke kampus favorit, rasanya tak jadi masalah," ujar peraih penghargaan 50 Top Enterprise versi Accenture dan majalah Swa ini. Setelah Alfa Centauri berjalan, niat Sony untuk mewujudkan mimpi sekolah gratis bagi kalangan tak berduit tetap berkobar. Akhirnya, lewat Yayasan Gapura (Gerakan Amal Pendidikan untuk Rakyat) yang resmi berdiri pada 6 Mei 2004, keinginan Sony bisa terwujud. Bersama sejumlah tokoh di Bandung, seperti Dada Rosada (Wali Kota Bandung), Edi Siswadi (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung), Dana Setia (Ketua Dewan Pendidikan Kota Bandung), dan Ny. Feny Mustafa (pemilik Shafira House), yayasan membuka SLTP Terbuka. Rencananya, sekolah gratis itu akan hadir di 26 kecamatan sekota Bandung. Hingga saat ini, sudah ada 15 SLTP yang siap beroperasi. Satu kelas rata-rata menampung 40 siswa. "Dijamin tidak ada iuran atau pungutan di tengah jalan. Kalau kencleng (sumbangan sukarela) mungkin ada. Untuk urusan ini, nama saya jadi jaminan!" itulah jawaban Sony, ketika ada orangtua murid SLTP Terbuka, Kecamatan Batununggal, yang bersikap kritis. Bagi orangtua siswa yang hadir, jawaban itu sungguh melegakan. dwi wiyana - KORAN TEMPO - Jumat, 13 Agustus 2004
Langganan:
Postingan (Atom)