Sabtu, 02 Desember 2006

Kunjungan dari Negeri Jiran - Malaysia

2 orang siswa kls X sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an diluar kepala (satu juz) dihadapan Tamu (gambar 3) dari Negeri Malaysia dan dari Pesantren Al Fatah Cileungsi Bogor dan Lampung yang berkunjung ke SMA Alfa Centauri pada 2 Desember 2005 lalu. (yr/XII/2005)

Pada Hari Jum'at 2 Desember 2005, SMA Alfa Centauri di Jl. Diponegoro No. 48 Bandung mendapat Kunjungan tamu untuk Studi Banding bidang Pendidkan dari Malaysia yaitu Bp. Ahmad Sukri.

Senin, 18 September 2006

Sekolah Gratis dengan Kualifikasi Sekolah Unggulan

Waktu itu, orang tua saya sudah menyerah. Mereka meminta maaf karena tidak bisa lagi membiayai saya untuk sekolah," ungkap Mega Yulianti, mahasiswi Teknik Fisika ITB. Dia memang hidup dari keluarga yang berkemampuan ekonomi menengah ke bawah. Ayahnya yang bekerja sebagai buruh bangunan, hanya mampu membiayai sekolah Mega hingga jenjang SLTP.
Untunglah, Mega punya kemauan yang kuat untuk terus bersekolah. Dia pun berusaha mencari informasi tentang sekolah gratis. Sampailah jalan pencariannya itu menemukan SMA Alfa Centauri, Bandung. Sekolah ini memang menawarkan pendidikan gratis dan berkualitas. Keberadaan sekolah ini menjadi jalan keluar bagi Mega untuk mewujudkan 'mimpinya'.
Pengakuan hampir sama juga diungkapkan Adha Dipraja dan Deisa Kusumaningsih (keduanya mahasiswa FMIPA ITB). Mereka semua adalah angkatan pertama SMA Alfa Centauri yang kini berhasil menembus perguruan tinggi negeri dan berasal dari keluarga tidak mampu.
Sebanyak 21 siswa, tahun ini berhasil menembus bangku perguruan tinggi negeri. Kebanyakan mereka masuk ITB dan sisanya masuk Unpad, serta Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Meski telah menjadi alumni, mereka tetap mendapat perhatian dari para pengurus SMA Alfa Centauri.
Sekolah ini memang terbilang istimewa. Meski menyediakan pendidikan gratis, kualitas pengajarannya tidak kalah dibanding SMA unggulan. Selain belajar di sekolah, semua muridnya mendapat bimbingan belajar gratis untuk mampu menghadapi seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Tak cuma itu, mereka juga mendapat pelajaran tambahan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan Arab.
Ketua Yayasan Taqwa Cerdas Kreatif --lembaga yang menaungi SMA Alfa Centauri-- Sony Sugema, menjelaskan bahwa sekolah tersebut memang didirikan untuk membantu kalangan yang kurang mampu. Tingginya biaya pendidikan telah membuat banyak kalangan frustasi karena tidak mampu menyekolahkan anaknya. Menurut dia, jika terus dibiarkan, rasa frustasi ini bisa membahayakan masyarakat. Karena itu, dia pun terdorong untuk menciptakan jalan alternatif berupa sekolah gratis bagi kalangan tidak mampu.
Tiga angkatan pertama sekolah ini, sedikitpun tidak dipungut biaya. Dalam tiga tahun pertama, sebanyak 35 siswa diterima untuk setiap angkatan. Untuk menjalankan pengajaran di tiap angkatan, dia mengeluarkan dana sekitar Rp 50 juta per tahun.
Seleksi untuk bisa masuk sekolah pun cukup ketat. Tiap tahun, rata-rata pendaftar mencapai 600 orang. Dari jumlah itu kemudian diciutkan menjadi 400 orang dan diseleksi kembali menjadi tinggal 100 orang. Dari 100 calon murid ini kemudian diseleksi lewat wawancara. Murid-murid yang berasal dari keluarga kurang mampu mendapat prioritas. Dari 100 orang tersebut, kemudian diambil 35 orang.
"Mulai tahun ini, kita menerima dua kelas," tuturnya. Sebagian kecil dari murid yang diterima tahun ini dikenai biaya yang besarnya tergantung kesanggupan orang tua masing-masing. Namun sebagian besar muridnya tetap digratiskan. Sony berharap, biaya yang dibayarkan sebagian wali murid itu bisa digunakan untuk membantu murid-murid kurang mampu. "Jadi berjalan subsidi silang," ungkap pemilik bimbingan belajar Sony Sugema College itu.
Dia berharap, murid-murid Alfa Centauri di masa mendatang bisa go international. Untuk mewujudkan harapan tersebut, kini pihaknya sedang membangun jaringan internet 24 jam. "Kami pun menggiatkan bahasa Inggris, karena kunci untuk masuk kehidupan di dunia maya ini adalah bahasa Inggris," tuturnya.
Lewat jaringan internet, Sony menginginkan murid-muridnya bisa berkomunikasi dengan teman sebayanya dari luar negeri. Sony berharap, suatu saat nanti murid-murid sekolahnya tertantang untuk menjajal kuliah di kampus-hampus internasional.
Kini, selain harus memikirkan kelangsungan SMA tersebut, dia juga terus memperhatikan nasib para alumni yang berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Bersama timnya, dia terus berusaha mencari donatur untuk membiayai kuliah para alumninya itu. Maklumlah, setelah perguruan tinggi banyak berstatus badan hukum milik negara (BHMN) biaya kuliah pun melonjak.
Diantaranya dengan mengembangkan program orang tua asuh. Orang tua murid yang mampu dan anaknya berhasil masuk perguruan tinggi negeri, bakal diminta untuk menjadi orang tua asuh bagi murid tak mampu yang masuk perguruan tinggi negeri. Lewat cara ini, dia pun berharap dari SMA Alfa Centauri lahir para penemu-penemu kemajuan yang bermanfaat bagi masyarakat. irf - Republika - 18 September 2006

Kamis, 17 Agustus 2006

Lulusan SPMB 2006

Bp. H. Sony Sugema, MBA -Ketua Yayasan Taqwa Cerdas Kreatif didamping PKS Sarana SMA Alfa -Drs. Yandi WR berfoto bersama para Siswa SMA Afa Centauri Angkatan ke 1 yang lulus SPMB 2006 di depan Kampus SMA Alfa Centauri - Jl. Diponegoro 48 Bandung



SMA Alfa Centauri Bandung telah mengantarkan 21 siswa nya yang lolos SPMB masuk 3 PTN terkemuka di Bandung yakni 11 ke ITB, 6 Unpad dan 4 UPI pada SPMB Tahun 2006, Good Luck... Centurians. (yandi)

Rabu, 16 Agustus 2006

Beasiswa bagi Lulusan SMA Alfa Centauri

Bapak Bursah Zarnubi, SE dan istri ditengah
siswa-siswi SMA Alfa Centauri Bandung yang Lulus tah 2006.



Rabu, 16 Agustus 2006Suasana haru pertemuan di ruangan Kepala SMA Alfa Centauri, Jl Diponegoro 48, Bandung, Senin (14/8) lalu. Siang itu sekitar pukul 11.00, sebuah peristiwa kemanusiaan yang mengundang keharuan terjadi di sana, menyusul penyerahan uang Rp 20 juta dari tangan seorang anggota DPR RI, Bursah Zarnubi SE kepada Bella Ayu Pradawati- mewakili 20 alumni SMA Alfa Centauri yang lolos SPMB namun tak punya biaya untuk mendaftar.
Uang tersebut merupakan uang muka pembayaran pendaftaran bagi 20 siswa SMA Centauri yang lolos ke ITB, Unpad dan UPI Bandung melalui SPMB. Sisanya sekitar Rp 40 jutaan lagi akan segera menyusul, "Yang penting bagaimana supaya mereka bisa mendaftar dulu dan mengikuti perkuliahan untuk semester I. Biaya untuk perkuliahan selanjutnya akan kita upayakan lagi," kata Bursah Zarnubi SE di dampingi istrinya Ny Sri Meliyana.
Diesha Kusumaningsih, salah seorang dari alumni SMA Alfa Centauri yang diterima di MIPA ITB, usai penyerahan uang tersebut secara spontan menyampaikan ungkapan hatinya." Atas nama teman-teman saya menyampaikan terimakasih kepada Bapak Zarnubi dan Ibu yang peduli terhadap nasib kami. Bapak sungguh menjadi dewa penyelamat buat kami. Kalau Bapak tidak memberikan perhatian, sulit bagi kami untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi," kata Diesha dengan suara terbata-bata tak kuasa menahan deraian air mata.
Hal senada juga disampaikan Bella Ayu Pradawati. Anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ujang Sugiarto-Sri Gustini ini mengaku sempat bingung, meski dia diterima di Fakultas Teknik ITB. Ayahnya yang semula membuka usaha bengkel bubut di daerah Cijerah, Bandung telah bangkrut saat terjadi krisis moneter beberapa tahun lalu.
" Sekarang ayah saya hanya sebagai tukang ojek. Untunglah sekarang ada yang bersedia menjadi orang tua asuh. Kami akan sekuat tenaga dan pikiran memanfaatkan kesempatan ini. Kami juga tak lupa menyampaikan terimakasih kepada Suara Karya yang mengangkat problematika kami melalui tulisan," kata Bella.
Kehadiran Bursah Zarnubi SE dan istrinya di SMA Alfa Centauri, Senin itu berawal dari membaca tulisan di rubrik Kampus Suara Karya, edisi Rabu 9 Agustus 2006. Tulisan yang melaporkan tentang pergumulan alumni SMA Alfa Centauri, Bandung yang lolos SPMB, tapi tak bisa melanjut karena ketidakmampuan orang tuanya dibaca oleh Ny Sri Meliyana saat dalam penerbangan Garuda dari Jakarta menuju Medan.
Ny Sri Meliyana lalu menunjukkan tulisan tentang alumni SMA Alfa Centauri kepada suaminya. "Istri saya terlihat sedih usai baca tulisan di Suara Karya itu, dan meminta supaya kami memikirkan kemungkinan untuk bisa menjadi orang tua asuh. Sesampai di Medan saya berusaha mencari tahu penulis laporan tersebut untuk menanyakan siapa yang bisa dihubungi kalau mau jadi orang tua asuh," kata Bursah Zarnubi SE.
Menurut Bursah, keberangkatannya ke Medan saat itu dalam kapasitasnya selaku Ketua Umum DPP Partai Bintang Reformasi untuk membuka Muswil Partai Bintang Reformasi (PBR) Sumut di Medan."Biasanya saya baca Suara Karya di DPR, namun karena keberangkatan saya ke Medan pada pagi hari, sehingga kami baru membaca Suara Karya dalam pesawat," katanya.
Secara jujur, Bursah dan istrinya mengaku, semula mereka hanya akan membantu biaya 3 atau 5 orang dari seluruh alumni SMA Centauri yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Makanya, uang yang dibawa untuk diserahkan saat itu pun hanya Rp 20 juta.
Saat bertatap muka dengan Kepala Sekolah SMA Alfa Centauri dan para alumni yang lolos SPMB, Bursah sempat juga mengungkapkan rencananya yang akan membantu 5 orang. Namun setelah semua alumni yang hadir saat itu mengutarakan bagaimana kondisi keluarga masing-masing, akhirnya Bursah Zarnubi dan istrinya tidak tega untuk membiarkan yang lain dalam pengharapan yang belum jelas.
Suasana saat terjadi dialog memang benar-benar sangat mengharukan. Betapa tidak, secara bergantian para alumni yang memang berasal dari keluarga tidak mampu itu menceritakan tentang kehidupan keluarganya. Ada yang hanya mengandalkan dari penghasilan ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ada juga yang ayahnya tukang ojek, buruh bangunan dan tukang pijat.
Mereka menceritakan dengan disertai isak tangis sehingga tidak saja Bursah dan istrinya yang tak kuasa menahan deraian air matanya, termasuk juga Chevi Ganda, Wakil Ketua PWI Jabar yang ikut hadir dalam acara tersebut. "Mereka benar-benar dari keluarga tidak mampu, namun dari sisi akademis memiliki tingkat kemampuan yang bisa dibanggakan. Buktinya mereka mampu lolos SPMB masuk ke ITB, Unpad dan UPI," kata Kepala Sekolah SMA Centauri, Drs Mamat Ruhimat MPd.
Tak kuasa melihat wajah sedih para alumni yang memang benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu, akhirnya Bursah Zarnubi dan istrinya mengambil satu keputusan yang bisa mengakomodir semuanya yakni membayar Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP) Pokok dan uang kuliah untuk smester pertama. "Yang penting kita selamatkan dulu mereka bisa mendaftar dan mengikuti perkuliahan. Untuk selanjutnya akan kita upayakan, mudah-mudahan teman-teman di Senayan (DPR-red) mau membantu," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI tersebut.
Wakil Ketua PWI Jabar, Chevi Ganda yang ikut menyaksikan acara tersebut juga menyampaikan rasa salut dan penghargaan atas kepedulian Bursah Zarnubi. "Mudah-mudahan langkah anggota DPR dari daerah pemilihan Sumsel ini bisa diikuti anggota DPR asal pemilihan Jawa Barat," kata Chevi Ganda.
Sebagaimana dilaporkan dalam Suara Karya (Rabu, 9 Agustus 2006), sebanyak 21 siswa alumni SMA Alfa Centauri, Bandung lolos SPMB masuk 3 PTN terkemuka di Bandung yakni 11 ke ITB, 6 Unpad dan 4 UPI. Namun karena mereka ini berasal dari keluarga miskin sehingga meskipun lolos SPMB tapi tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang mereka sudah inginkan sebelumnya. Karena ketidakmampuan orang tuanya itu maka selama ini pun mereka mengikuti pendidikan secara gratis di SMA Alfa Centauri yang didirikan Lembaga Bimbel SSC, Bandung. (LM Sinaga) - Harian SUARA KARYA

Rabu, 09 Agustus 2006

Alumni SMA Alfa Centauri Mencari Beasiswa



Rabu, 9 Agustus 2006Meskipun lulus dalam Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun akademik 2006/2007, namun tidak lantas membuat gembira hati 21 alumni SMA Alfa Centauri, Bandung. Mereka kini berada di simpang jalan tidak tahu apakah bisa meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi negeri (PTN) pilihan setelah bersaing ketat di SPMB atau mencari pekerjaan dengan ijazah SMA-nya memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bila melihat kemampuan akademis 21 alumni SMA Alfa Centauri, rasanya tidak rela jika cita-cita mereka melanjutkan ke pendidikan tinggi kandas begitu saja, lantaran keterbatasan ekonomi. Sebab, hampir sebagian besar dari 21 alumni SMA Alfa Centauri yang lolos SMPB berasal dari keluarga tidak mampu, mulai dari buruh bangunan, guru honorer hingga buruh cuci.
Satu diantaranya adalah Mega Yulianti, yang berhasil tembus Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung, ayahnya adalah buruh bangunan di daerah Pasir Leutik, Cimuncang, Bandung. Sementara Isa Ansharullah (18), berhasil masuk jurusan Teknik Elektro ITB hanyalah anak seorang guru salah satu pesantren di Natar, Lampung Selatan.
"Saya lagi bingung sekali sekarang, masak peluang masuk Teknik Fisika, ITB kandas begitu saja. Saya berharap ada orangtua di luar sana, yang mau mengangkat saya sebagai anak asuh. Saya ingin bisa kuliah di perguruan tinggi untuk memperbaiki nasib keluarga," kata Mega kepada Suara Karya, di Bandung, belum lama ini.
Sebenarnya, ke-21 alumni SMA Alfa Centauri, Bandung yang berhasil tembus bangku PTN itu bukan tidak menyadari akan keterbatasan ekonomi orang tuanya. Mereka sadar betul, dan karena itu pula ketika akan memasuki jenjang sekolah sekolah menengah atas (SMA), mereka berusaha keras agar bisa diterima di SMA Alfa Centauri Bandung- sekolah gratis yang didirikan Sony Sugema-pemilik Bimbingan Belajar (Bimbel) Sony Sugema.
Para siswa selain dibebaskan dari biaya pendidikan juga mendapat buku pelajaran gratis. Seluruh biaya operasional, termasuk gaji tenaga pengajar dan buku-buku ditanggung sepenuhnya oleh Lembaga Bimbingan Belajar Sony Sugema.
SMA Alfa Centauri didirikan sejak tahun 2003 dengan menempati sebuah bangunan di Jl Diponegoro 48, Bandung. Bangunan itu merupakan tempat bimbingan belajar Sony Sugema. "Pagi dimanfaatkan untuk kegiatan sekolah, dan sorenya dipakai untuk bimbingan belajar," kata Ketua Yayasan Taqwa Cerdas Kreatif, H Sony Sugema MBA.
Ide H Sony Sugema mendirikan SMA tanpa memungut biaya itu, karena dia melihat kenyataan ada banyak anak-anak Indonesia yang sesungguhnya memiliki kemampuan akademis tinggi, tetapi tidak bisa meneruskan pendikan karena alasan ekonomi.
Selama ini rata-rata biaya operasional dan gaji guru di SMA Alfa Centauri disebutkan Sony sebesar Rp 12 juta per bulan sehingga biaya penyelenggaraan SMA tersebut selama satu tahun bisa mencapai Rp 150 juta.
Penerimaan masuk SMA Alfa Centauri ini dilakukan melalui seleksi ketat karena jumlah peminatnya setiap tahun cukup besar. Rata-rata jumlahnya mencapai 400 sampai 500 orang yang berasal dari kota-kota di sekitar Bandung, tetapi tidak menutup diri dari luar provinsi Jawa Barat.
Dari sekian ratus pendaftar yang mengikuti seleksi, pihak sekolah menetapkan dulu 100 orang yang memiliki nilai ujian tertinggi. Dari 100 orang tersebut, kemudian dilihat latar belakang ekonomi keluarganya.
Kalaupun ada anak yang kemampuan akademis tidak terlalu bagus tetapi dari keluarga kurang mampu, mereka tetap diberi kesempatan. "Jadi banyak juga yang NEM-nya rendah. Selama mengikuti pendidikan di sekolah ini, mereka ditempa menjadi orang-orang pintar," kata Sony menegaskan.
Ditambahkan, SMA Alfa Centauri dikelola dengan kombinasikan gaya bimbel. Tenaga pengajarnya berasal dari guru-guru bimbel dan sejak kelas dua, siswa sudah mulai diikutsertakan mengikuti bimbingan belajar. "Jadi pagi sekolah mengikuti kurikulum biasa, dan sorenya mengikuti bimbingan belajar," tuturnya.
Sekolah itu juga mendapat fasilitas komputer dan laboratorium yang dimiliki lembaga Bimbel Sony Sugema. Selain itu juga ada English Club untuk belajar bahasa Inggris. "Kita memang justru berusaha menjadikan sekolah ini menjadi sekolah unggulan," kata Kepala SMA Alfa Centauri Drs Mamat Ruhimat MPd menambahkan.
Upaya pendiri dan pengelola SMA Alfa Centauri menjadikan sekolah unggulan memang tidak sia-sia. Itu bisa dibuktikan dari 27 lulusan perdana SMA Alfa Centauri yang mengikuti SPMB, ternyata 21 di antaranya (80 persen) berhasil diterima di 4 perguruan tinggi negeri terkemuka di Bandung.
"Sebenarnya angkatan pertama SMA Alfa Centauri yang menjadi alumni perdana berjumlah 36 orang. Namun dari 36 orang itu, hanya 27 yang mengikuti SPMB. Yang lainnya sengaja tidak ikut SPMB karena untuk beli formulir saja mereka tidak memiliki biaya. Beli formulir paling rendah Rp 150 ribu," kata Sony Sugema.
Untuk itu, selain berjuang untuk mencari orang tua asuh bagi 21 alumni yang kini diterima di 3 PTN di Bandung, pihaknya sudah membentuk tim khusus yang akan melakukan pendekatan ke 3 PTN di Bandung tersebut.
Siswa alumni SMA Alfa Centauri yang lulus SPMB, antara lain, 11 orang diterima di ITB (1 orang di Teknik Penerbangan, 1 Teknik Fisika, 3 Teknik Elektro, 4 MIPA, 1 Teknik Lingkungan dan 1 Pertambangan), 4 orang di Universitas Padjajaran ( 1 FKG dan 3 Perairan). (LM Sinaga) - HARIAN SUARA KARYA

Sabtu, 29 Juli 2006

Siswa Angkatan 2006-2007

Siswa Angkatan 2006-2007.
Kelas X (2006-2007), Kelas XI (2007-2008), Kelas XI (2008-2009).