Selasa, 07 September 2004

SMA Alfa Centauri

SMA Alfa Centauri Semuanya Gratisann...

Belia nyadar nggak sih, kalau biaya sekolah sekarang ini mahalnya minta ampun? Nyadar juga nggak, dengan biaya sekira empat sampai lima juta rupiah untuk sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di Bandung, Belia baru bisa terdaftar menjadi salah seorang murid di sekolah tersebut? Well, if you concern about it, check this school out!
Punya kapasitas otak di atas standar temen-temen yang lain yang beruntung bisa masuk sekolah negeri, tapi nggak punya duit sebanyak itu? Don't worry! Ada satu sekolah yang bisa bikin otak Belia nggak nganggur sekaligus Belia nggak perlu ngeluarin biaya yang bikin puyeng kepala ortu Belia. Wah! Di mana? Di sini, di SMA Alfa Centauri, Belia bisa belajar seperti temen-temen lain dengan tanpa mengeluarkan biaya, alias gratiss..
Sekolah milik Yayasan Takwa Cerdas Kreatif ini berdiri sejak bulan Juli tahun 2003 lalu. Karena baru banget, makanya anak-anaknya pun nggak banyak. "Hanya dua kelas. Kelas satu sebanyak 41 orang dan kelas dua 37 orang," ungkap Bapak Drs.Yandi Wahyu R., Pembina Sekolah urusan fasilitas. Sekolah yang menyatu de-ngan SSC Jalan Diponegoro ini didirikan dengan latar belakang dari keinginan untuk mengelola sekolah gratis dari Bapak Sony Sugema. "Walaupun sekolah ini baru, tapi semua yang diajarkan sudah mengacu kepada yang digariskan oleh Dinas Pendidikan," jelasnya lagi.
Nggak cuma biaya sekolah yang gratis, buku-buku pelajaran di sekolah ini juga disubsidi dari Yayasan Takwa Cerdas Kreatif tadi. Kasarnya sih, Belia tinggal datang, duduk, belajar, dan nggak perlu mikirin semua biaya tadi, kecuali ongkos untuk pulang pergi aja, hehe.. Eh, plus seragam juga deng! Pengen masuk ke sekolah ini? Ada syarat yang mesti dipenuhin sama Belia juga! "Kita di sini mengutamakan anak-anak yang yatim piatu, anak yang orang tuanya memiliki penghasilan di bawah satu juta rupiah, plus ada tes akademik juga dari sini," lanjut Pak Yandi yang juga sempat mengajar pelajaran bahasa Inggris di Alfa Centauri.
Nggak nanggung-nagngung, pas pertama kali dibuka pendaftaran, sekira 400 orang lulusan SMP di Bandung dan sekitarnya, ikutan tes akademik ini. Setelah dilakukan seleksi, terjaringlah 41 orang siswa yang beruntung untuk bisa belajar di sini. Selain biaya sekolah yang gratis juga, temen-temen Alfa Centauri yang berada di kelas dua, juga didaftarkan ikutan bimbingan belajar (bimbel) SSC untuk persiapan kelas tiga nanti, gratis juga! "Ini agar target untuk mereka lulus di universitas atau PTN terpenuhi."Bukan berarti sekolah gratisan ini bikin para siswanya tinggal enak-enakan aja dateng dan belajar.
Menurut beberapa orang temen yang sempet ngobrol dengan belia, mereka justru merasa terbebani dengan gratisnya biaya di sekolah ini. "Bukan beban kayak gimana sih, tapi saya ngerasa jadi kayak punya utang aja. Dan itu harus dibayar dengan prestasi yang bagus," ujar Andri Supriatna, ketua OSIS Alfa Centauri. Begitu juga pendapat dari Bobby Rifki. Cowok kurus ini juga bilang kalau prestasinya selama ini belum bisa bikin dirinya lepas dari tanggung jawab untuk belajar lebih giat lagi. Lain lagi sama yang dibilang Icha.
Cewek berjilbab yang punya nama panjang Deisha Kusumaningsih ini, pengen ngebuktiin kalau angkatan pertama dari sekolah ini, prestasinya nggak kalah de-ngan anak-anak sekolah lain. Terbukti pas mereka ikutan try out di SSC, dan beberapa orang dari temen-temen Alfa Centauri, berhasil masuk sepuluh besar peringkat tertinggi untuk SSC se-Bandung. Wah, wah... Belia sempat terharu juga pas denger mereka bilang kayak gitu. ***
tisha_belia@yahoo.com - Pikiran Rakyat - Belia - Selasa, 07 September 2004.

Jumat, 13 Agustus 2004

Wujudkan Mimpi Sekolah Gratis



Semua berawal dari sebuah keprihatinan. Gara-gara perguruan tinggi negeri ramai-ramai menaikkan biaya pendidikan, dengan alasan otonomi kampus, lembaga pendidikan di bawahnya ikut-ikutan. Tengok saja, sekolah-sekolah lanjutan, baik di tingkat pertama maupun atas, seolah berlomba mengeruk fulus dari kantong orangtua calon siswa. Celakanya, duit yang dipungut sekolah negeri itu sering kali melebihi pungutan sekolah swasta. Walhasil, anak-anak pintar dari kalangan ekonomi lemah harus terpental dan menganggur. "Kalau orang miskin tidak lagi berpeluang mengubah nasibnya lewat pendidikan, ini berbahaya. Kerawanan sosial bisa timbul karena mereka tak lagi punya harapan," kata Sony Sugema, 39 tahun. Tak hanya omong doang, bos Bimbingan Belajar Sony Sugema College ini langsung turun tangan memberikan alternatif jawaban. Lalu, pada 2002, lahirlah SMU Alfa Centauri di Jalan Diponegoro, Bandung. Bagi siswa yang diterima di sekolah ini, mereka tak usah bayar uang sekolah alias gratis. "Saat ini, jumlah siswanya 80 orang, separuh kelas I dan separuh lagi duduk di kelas II," katanya. Meski tanpa biaya, bukan berarti soal kualitas diabaikan. Calon siswa yang kebanyakan dari kalangan duafa itu mesti menjalani seleksi kemampuan otak. Maklum, Sony ingin kualitas sekolahnya sebanding dengan sekolah-sekolah favorit di Bandung. Keinginan itu mulai menunjukkan tanda-tanda berhasil. Modal otak encer, ditambah gosokan tangan dingin para guru yang biasa mengajar di bimbingan belajar, kemampuan siswa Alfa Centauri mulai terbukti. Sekadar contoh, beberapa waktu lalu, siswa kelas I diminta menjawab soal-soal bahasa Inggris untuk Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Ternyata, hasilnya oke. Malah, ada yang bisa menjawab soal-soal yang ada secara benar sampai 81 persen. "Bayangkan, mereka baru kelas I. Kalau sudah ditambah pelajaran di kelas II dan III, untuk bisa masuk ke kampus favorit, rasanya tak jadi masalah," ujar peraih penghargaan 50 Top Enterprise versi Accenture dan majalah Swa ini. Setelah Alfa Centauri berjalan, niat Sony untuk mewujudkan mimpi sekolah gratis bagi kalangan tak berduit tetap berkobar. Akhirnya, lewat Yayasan Gapura (Gerakan Amal Pendidikan untuk Rakyat) yang resmi berdiri pada 6 Mei 2004, keinginan Sony bisa terwujud. Bersama sejumlah tokoh di Bandung, seperti Dada Rosada (Wali Kota Bandung), Edi Siswadi (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung), Dana Setia (Ketua Dewan Pendidikan Kota Bandung), dan Ny. Feny Mustafa (pemilik Shafira House), yayasan membuka SLTP Terbuka. Rencananya, sekolah gratis itu akan hadir di 26 kecamatan sekota Bandung. Hingga saat ini, sudah ada 15 SLTP yang siap beroperasi. Satu kelas rata-rata menampung 40 siswa. "Dijamin tidak ada iuran atau pungutan di tengah jalan. Kalau kencleng (sumbangan sukarela) mungkin ada. Untuk urusan ini, nama saya jadi jaminan!" itulah jawaban Sony, ketika ada orangtua murid SLTP Terbuka, Kecamatan Batununggal, yang bersikap kritis. Bagi orangtua siswa yang hadir, jawaban itu sungguh melegakan. dwi wiyana - KORAN TEMPO - Jumat, 13 Agustus 2004